Selamat Pagi Mentari
Hening sungguh pagi ini
Corak merah dilangit sepertinya menambahkan lagi derita
Lampu jalan berkelip muram seperti harapan yang tak menentu
Duduknya seorang opsir diruang jendela
Memikirkan hari-harinya
Pandangannya terbuang ke luar jendela
Mentari itu
Barang ke mana mata memandang
Sang mentari yang menunggul kaku mengintai langit
Malu benar ia
Kapan kah kiranya ia terbit
Corak merah dilangit sepertinya menambahkan lagi derita
Lampu jalan berkelip muram seperti harapan yang tak menentu
Duduknya seorang opsir diruang jendela
Memikirkan hari-harinya
Pandangannya terbuang ke luar jendela
Mentari itu
Barang ke mana mata memandang
Sang mentari yang menunggul kaku mengintai langit
Malu benar ia
Kapan kah kiranya ia terbit
Menonjolkan dirinya yang malu itu
Agar manusia bisa menikmati panasnya
Agar manusia bisa mengenalinya
Masih lagi kelihatan merah
pipinya
Montoknya bagai pauh dilayang
Payah benar ia mendaki langit
Membawa beratnya muatan amanah barangkali
Setiap pagi harinya mendaki dari timur ke barat
Dan suatu hari nanti ia ingin mendaki dari barat pula
Tersenyum sendiri opsir itu
Menyatakan kebanggaan pada mentari
Kerna ia sudah tiba dikaki langit
Sambil mencontengkan corak biru
Menampakkan suci awan putih
Menyatakan kebanggaan pada mentari
Kerna ia sudah tiba dikaki langit
Sambil mencontengkan corak biru
Menampakkan suci awan putih
Ah kedengaran suara kereta
yang mendengus payah
Keindahan alam sudah terhenti
Opsir itu meminta izin untuk pergi
Kerna dhuha sudah menanti
Mungkin disana adanya ketenangan abadi
Setelah meluah segalanya pada Ilahi
Keindahan alam sudah terhenti
Opsir itu meminta izin untuk pergi
Kerna dhuha sudah menanti
Mungkin disana adanya ketenangan abadi
Setelah meluah segalanya pada Ilahi
0 comments:
Post a Comment